Friday, May 11, 2012

Tutup Pentil Ban Jangan Lupa Dipasang

Sering kali kita melihat pengguna kendaraan tanpa sengaja membiarkan ban mobilnya tidak memakai tutup pentil. Padahal peranan alat ini cukup vital.

Divisi Humas Mabes Polri, Sabtu (12/5/2012) menyebutkan fungsi utama dari tutup pentil ban adalah melindungi pentil ban dari kotoran.

Debu atau air yang masuk ke pentil dapat merusak katup. Hal ini membuat material karet sebagai sil di dalam valve menjadi getas dan bisa menyebabkan terjadinya korosi.

Kalau kerusakan ini terjadi, udara di dalam ban akan keluar secara perlahan. Akibatnya tekanan angin ban menurun.

Dan bila pemilik mobil jarang memeriksa tekanan ban, efeknya konsumsi BBM menjadi lebih boros dan ban menjadi cepat rusak.

Sebagai tambahan tekanan angin dan kedalaman kembangan ban, sejatinya harus selalu rutin diperiksa. Lakukan dalam keadaan ban masih dingin ketika hendak memeriksa tekanan angin.

Tekanan ban yang tidak sesuai dapat menyebabkan ban cepat aus dan menyebabkan perrubahan karakter kestabilan mobil. Jadi jangan hanya ditendang saja untuk memeriksa tekanan angin.

Lakukan pemeriksaan tekanan udara pada ban dengan menggunakan cara yang benar, gunakanlah alat tepat untuk mengetahui tekanan angin yang benar dan simpan di tempat yang aman.

Sedikit perhatian, untuk mengetahui besaran tekanan angin ban ideal, bukan
dilihat dari angka yang tertera pada sisi ban, karena disitu untuk menunjukan tekanan angin maksimum ban.

Tekanan angin yang direkomendasikan dapat dilihat pada stiker (tire placard) yang pada kendaraan maupun buku manual. Di beberapa mobil tekanan angin rekomendasi ditempel di pintu bagian pengemudi.

Nah, kurangnya tekanan angin pada ban juga ternyata berpengaruh terhadap
konsumsi bahan bakar sebuah mobil. karena dengan berkurangnya tekanan angin, maka hambatan mobil bertambah. Jika mobil akan melaju di jalan tol atau akan dimuati beban banyak, hendaknya tambah tekanan angin hingga 2-3 psi saja.

Sumber: detikOto

Thursday, May 3, 2012

Tipikal Pengemudi Berbahaya dan Cara Menghindarinya

Divisi Humas Mabes Polri merilis ciri pengemudi mobil 'berbahaya' di jalan. Mereka kerap naik pitam dan melakukan intimidasi fisik bila bersenggolan di jalan. Agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, pengemudi lain sebaiknya menghindari ciri pengemudi ini.

"Aggressive drivers cenderung ingin menang sendiri dan tidak mengindahkan peraturan lalu-lintas yang ada," tulis Divisi Humas Polri, Rabu (2/5/2012).

Berikut ciri-ciri perilaku pengemudi 'berbahaya' di jalan:


Melanggar lampu merah dan tidak mengindahkan rambu stop.

Melaju kencang, tidak menjaga jarak (menempel terlalu dekat dengan kendaraan di depannya) dan melaju di antara lajur.

Menyalip kendaraan lain dari kiri.

Melakukan gerakan tangan atau gesture muka yang kurang pantas (tidak sopan)

Berteriak-teriak, membunyikan klakson berlebihan, dan mengedipkan lampu jauh secara terus-menerus.


Nah, agar terhindar dari pengemudi berkelakuan jagoan itu, langkah awal adalah menghindarinya. Bila tidak jangan berlaku seolah-olah menantang.

Divisi Humas Mabes Polri pun membeberkan beberapa tips menghadapi pengemudi jagoan:



Berusahalah menjauh dari pengemudi agresif tersebut dengan aman.

Jangan 'menantang' pengemudi agresif tersebut dengan ikut mempercepat kendaraan Anda atau mempertahankan jalur.

Pastikan sabuk keselamatan terikat dengan sempurna. Hal ini untuk melindungi Anda dari manuver tiba-tiba yang membahayakan.

Penting juga untuk menghindari kontak mata dengan pengendara agresif tadi.

Acuhkan segala gerak gerik atau gesture yang memancing emosi. Jangan menimpali gesture mereka.

Laporkan pengendara agresif tersebut kepada pihak berwenang atau penegak hukum. Jika pengemudi yang Anda hadapi tersebut mengendarai kendaraan suatu instansi (terdapat ciri kantor atau perusahaan) laporkan ke instansi terkait. Berikan gambaran kejadian, ciri kendaraan, nomor polisi kendaraan, lokasi serta arah perjalanan.

Jika memungkinkan, laporkan langsung kejadian melalui telepon genggam ke nomor darurat (polisi). Pastikan Anda berada di tempat yang aman saat menelepon (menepilah dan jangan mengemudi sambil menelepon).


Jadi langkah awal yang penting menghindari. Bila tidak bisa, segera mengontak kepolisian. "Tetap waspada dan hindarkan diri Anda dari perilaku agresif berkendara," tutup Divisi Humas Mabes Polri dalam tipsnya.

Sumber: detik.com

Oli Mahal Bikin Jarak Tempuh Kendaraan Makin Jauh?

Akhir-akhir ini banyak pemilik mobil beranggapan bahwa semakin mahal pelumas mesin, maka semakin jauh pula jarak tempuh kendaraan. Hal ini seakan-akan sudah sangat 'nyangkut' di pikiran semua pemilik kendaraan. Benarkah?

Lalu kapan waktu yang tepat mengganti oli mesin mobil? Brand Manager Castrol Indonesia Ivan Rilman punya tips yang tepat agar Anda tidak salah kaprah.

1. Hal pertama adalah mendengar rekomendasi pabrikan. Sesuaikan oli dengan tahun membuatan mobil. Tidak perlu membeli oli mahal kalau mesinnya mesin lama. Begitu juga sebaliknya. Jangan gampang terprovokasi dengan iklan.

"Mobil di bawah pemakaian 5 tahun sebaiknya menggunakan pelumas yang encer. Tapi kalau sudah di atas 5 tahun gunakan oli yang agak kental. Oli mahal belum tentu bisa membuat jarak tempuh kendaraan lebih jauh," kata Ivan ketika ditemui detikOto di Jakarta.

"Mobil baru logikanya masih bagus, mesinnya masih presisi dan itu harus pakai oli yang encer, kalau pakai oli kental kerja mesin jadi berat. Nah tapi lama kelamaan mesin terkikis, biasanya mulai di atas 5 tahun. Dan adanya kehausan, dan kalau sudah longgar butuh oli yang agak kental untuk merapatkan rongga tersebut. Makanya butuh oli lebih kental," sahutnya.

2. Waktu yang tepat mengganti oli mesin adalah 5.000 atau 7.000 km atau sesuai rekomendasi dari pabrikan.

"Bukan seperti sugesti jika oli lebih mahal maka jarak tempuh mobil lebih jauh, tapi yang tepat itu menyesuaikan anjuran ATPM. Banyak produsen oli menawarkan janji pemakaian oli bisa sampai 12.000 km. Jangan termakan iklan. Sesuaikan dengan persyaratan atau permintaan pabrikan mobil," kicaunya.

"Umumnya Konsumen keluar lebih banyak uang untuk beli oli, secara otomatis konsumen ingin jarak tempuh yang lebih jauh. Kebiasan itu sangat salah," tutur Ivan.

3. Lebih baik biasakan ganti filter oli setiap 2 kali ganti oli.

"Hal ini untuk menghindari kerusakan pada filter oli. Pastikan oli yang masuk ke ruang mesin dengan bersih," tutup Ivan.

Sumber: detik.com

Sisa Makanan Bisa Membuat AC Mobil Jadi Bau

Pemilik mobil acap kali lupa jika sisa makanan yang terdapat di dalam mobil bukan hanya bisa mengundang semut berdatangan serta membuat koloni di dalamnya.

Sisa-sisa makanan juga bisa membuat AC mobil Anda menjadi bau. Terlebih ketika sirkulasi udara kendaraan tidak bekerja secara baik. Sehingga bau menempel di jok, doortrim dan komponen lainnya. Wah tidak bisa dianggap remeh nih.

Seperti yang diungkapkan Kabeng Plaza Toyota di jl. Pangeran Antasari Parman Suanda, saat dihubungi detikoto, Kamis (3/5/2012).

"Kalau banyak sisa makanan ini juga bisa membuat AC menjadi bau," ujar Parman Suanda.

Namun Parman juga mengakui, bau yang keluar dari sisa makanan itu tergantung dari jenis makanannya.

"Mungkin dia (pengendara) dari pasar membawa bahan-bahan mentah untuk makanan seperti asem, ikan yang bau amis. Dan banyak juga makanan-makanan panas yang langsung dibawa masuk kedalam mobil. Ini yang bisa membuat sirkulasi AC menjadi bau diruangan yang kecil (kabin)," ucap Parman.

Sisa-sisa makanan atau bahan makanan di dalam mobil Anda, mampu membuat evaporator menjadi kotor dan menjadi penyebab bau yang keluar dari AC mobil.

"Jika evaporator jadi bau itu harus dibersihkan dan harus melakukan pengecekan lain-lainnya. Seperti pipa-pipanya harus diseprot. dan kalau sudah parah filter AC nya harus diperiksa kalau memang perlu diganti maka harus diganti," ujarnya.

Sumber: detik.com